(27 Nov 2025 | 13:30)

ADHD pada Lansia dan Cara Menanganinya

ADHD pada Lansia dan Cara Menanganinya

Oleh : Umu Musolia, S.S.


Judul Buku : ADHD pada Lansia dan Cara Menanganinya

Penulis : Kathleen Nadeau, PH.D.

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Tahun Terbit : 2024

Kota tempat terbit : Jakarta

Jumlah Halaman : 386

 

Kategori : Non Fiksi

ISBN : 978-602-06-7469-4

 

1. Gambaran Umum

Buku ini menjelaskan bahwa Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) bukan hanya dialami anak-anak atau orang dewasa muda, tapi juga bisa terbawa hingga usia lanjut. Banyak lansia tidak pernah terdiagnosis saat muda karena kurangnya pemahaman pada masa itu, sehingga gejala mereka baru terasa jelas ketika menghadapi tantangan penuaan.

Nadeau menekankan bahwa ADHD pada lansia bukan sekadar pelupa atau pikun, tetapi pola kognitif khas yang memengaruhi fokus, pengaturan waktu, motivasi, dan kemampuan menyelesaikan tugas.

2. Ciri-ciri ADHD pada Lansia

Buku ini menguraikan gejala umum yang sering dianggap sebagai “kelupaan karena usia,” padahal sebenarnya khas ADHD, seperti:

  • Kesulitan mengikuti percakapan panjang
  • Sering salah menaruh barang
  • Rentan menunda pekerjaan
  • Mudah kewalahan dengan tugas rumah tangga
  • Sulit mempertahankan rutinitas
  • Konsentrasi mudah terpecah
  • Perasaan gagal atau “kenapa saya begini sejak dulu?”

Nadeau menegaskan bahwa gejala bisa berubah bentuk di usia lanjut—hiperaktivitas fisik menghilang, tetapi hiperaktivitas mental tetap ada.

3. Tantangan Khusus pada Usia Lanjut

ADHD pada lansia berinteraksi dengan kondisi penuaan, menghasilkan tantangan seperti:

  • Penurunan energi membuat tugas sederhana terasa berat
  • Kesulitan mengelola keuangan dan dokumen medis
  • Hubungan keluarga yang tegang karena disorganisasi
  • Kecemasan dan depresi akibat merasa “berbeda” seumur hidup
  • Risiko salah diagnosis menjadi demensia ringan

Nadeau menekankan pentingnya membedakan ADHD dari gangguan kognitif lainnya.

4. Strategi Penanganan

Penanganan bagi lansia dengan ADHD meliputi pendekatan psikologis, lingkungan, dan kadang pengobatan. Beberapa strategi praktis yang dijelaskan:

a. Manajemen Lingkungan & Rutinitas

  • Gunakan sistem penyimpanan sederhana, mudah dijangkau
  • Jadwalkan aktivitas harian dengan alat bantu (kalender besar, alarm)
  • Pecah tugas besar menjadi langkah-langkah kecil
  • Prioritaskan aktivitas yang benar-benar penting

b. Dukungan Emosional

  • Terapi atau konseling untuk mengurangi rasa bersalah masa lalu
  • Kelompok pendukung ADHD untuk lansia (peer-support)
  • Edukasi keluarga agar memahami pola kognitif ADHD

c. Penanganan Medis

  • Obat ADHD dapat diberikan dengan pengawasan ketat dokter
  • Evaluasi rutin untuk memastikan keamanan obat bagi lansia
  • Kombinasi nutrisi, tidur yang berkualitas, dan aktivitas fisik

5. Pesan Utama Penulis

  • ADHD bukan “kemalasan” atau “ketidakteraturan yang disengaja,” melainkan pola kerja otak.
  • Lansia dengan ADHD masih bisa meningkatkan kualitas hidup melalui penyesuaian lingkungan dan strategi yang sesuai.
  • Memahami diagnosis di usia lanjut dapat menjadi pengalaman melegakan karena menjelaskan pola perilaku yang dirasakan sejak muda.
  • Penerimaan diri adalah langkah penting untuk hidup lebih tenang dan terar

6. Kesimpulan

Buku ini mengajak pembaca melihat ADHD pada lansia sebagai kondisi yang nyata, dapat dipahami, dan dapat ditangani. Dengan pendekatan yang tepat—baik psikologis, sosial, maupun medis—lansia dengan ADHD dapat menjalani hidup yang lebih teratur, bermakna, dan merasa lebih dihargai.